Ciri Umum Tanaman Jahe :
Tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah
tropis dan dikenal memiliki rasa pedas dan hangat pada rimpangnya ini, memiliki
beberapa ciri umum yang mudah dikenali, yaitu :
Ø Tanaman sejenis
herba, tumbuh tegak dengan ketinggian pohon antara 30-60 cm.
Ø Batang pohon
semu, beralur dan memiliki warna hijau.
Ø Daun tunggal
dan berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai daun berbentuk
lanset, bagian tepi rata dan bagian ujung runcing serta pangkal daun tumpul.
Panjang daun antara 20-40 cm dan lebar antara 2-4 cm.
Ø Bunga berupa
malai tumbuh dari dalam tanah berbentuk tongkat atau bundar telur, panjang
malai berkisar antara3,5-5 cm dengan lebar 1,5-1,75 cm. Gagang bunga hampir
tidak berbulu dengan panjang sekitar 25 cm, sisik pada bunga
berjumlah 5-7 buah, berbentuk lanset. Letaknya berdekatan, panjang sisik 3-5
cm. mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm dengan helai agak sempit,
memiliki bentuk tajam, warna kuning kehijauan, panjang sekitar 1,5 – 2,5 mm
dengan lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna
putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, dengan
panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2.
Ø Buah berbentuk
bulat hingga bulat panjang, berwarna coklat sedang biji berbentuk bulat dengan
warna hitam.
Akar berbentuk serabut dengan warna putih
kotor. Rimpang tebal dan agak melebar, tumbuh bercabang-cabang. Warna rimpang
kuning pucat. Bagian dalam berserat agak kasar, warna kuning muda dengan bagian
ujung berwarna merah muda. Rimpang memiliki aroma khas dan rasa pedas.
Jenis Tanaman
Jahe dibedakan
menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk & warna
rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1.
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe
gajah atau jahe badak : Rimpangnya lebih besar & gemuk, ruas rimpangnya
lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi
baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
2.
Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe
sunti atau jahe emprit : Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit
menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak
atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas,
disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok utk ramuan obat-obatan, atau utk
diekstrak oleoresin & minyak atsirinya.
3.
Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah &
lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah
selalu dipanen setelah tua, & juga memiliki kandungan minyak atsiri yg sama
dengan jahe kecil, sehingga cocok utk ramuan obat-obatan.
Syarat Pertumbuhan Iklim
1) Cara budidaya jahe Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
1) Cara budidaya jahe Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
2) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih
tanaman Jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain Penanaman Jahe dilakukan di tempat yang terbuka sehingga
mendapat sinar matahari sepanjang hari.
3) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman
jahe antara 20-35 0C
Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok ditanam
pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.Tekstur tanah yang
baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Ketinggian
Tempat
Jahe tumbuh baik di daerah tropis
dan subtropis dengan ketinggian 0 – 2.000 m dpl.
Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.
Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.
Pedoman Budidaya Pembibitan
1)Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologi (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a.Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b.Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c.Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologi (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
a.Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
b.Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan).
c.Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
2)Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
Untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.
a.Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.
3) Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
Pengolahan Media Tanam
Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syaratsyarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
2) Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
3) Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk encegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
4) Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, Terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
a. Derajat keasaman < 4 (paling
asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
b. Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.
c. Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
Cara Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
c. Meningkatkan produktivitas lahan.
d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Pembudidayaan jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.
b. Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
c. Meningkatkan produktivitas lahan.
d. Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada jahe yang
ditumpangsarikan dengan sayursayuran, seperti ketimun, bawang merah, cabe
rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija,
seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
2) Pembutan Lubang Tanam
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
Untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
3) Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
4) Perioda Tanam
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
Pemeliharaan
Tanaman
1) Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.
2) Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.
3) Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air.
Pertama kali dilakukan pembumbunan
pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu,
umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman
5) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
Tanaman Jahe tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe
Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe
7.
HAMA & PENYAKIT
7.1. Hama Tanaman Jahe
Hama yg
dijumpai pada tanaman jahe adalah:
a)
Kepik, menyerang daun tanaman hingga
berlubang-lubang.
b)
Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman
jahe hingga menyebabkan tanaman jahe menjadi kering & mati.
c)
Kumbang.
Penyakit
layu bakeri
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat & menggulung kemudian terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi kuning & mengering. Kemudian tunas
batang menjadi busuk & akhirnya tanaman mati rebah. Bila diperhatikan,
rimpang yg sakit itu berwarna gelap & sedikit membusuk, kalau rimpang
dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini
menyerang tanaman jahe pada umur 3-4 bulan & yg paling berpengaruh adalah
faktor suhu udara yg dingin, genangan air & kondisi tanah yg terlalu
lembab.
Pengendalian:
a)
jaminan kesehatan bibit jahe;
b)
karantina tanaman jahe yg terkena penyakit;
c)
pengendalian dengan pengolahan tanah yg baik;
d)
pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%),
Bavistin (0,25%)
Penyakit busuk
rimpang
Penyakit
ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh dengan baik
pada suhu udara 20-25 0C & terus berkembang
akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala:
Daun bagian bawah yg berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya tanaman
mati.
Pengendalian:.
a)
penggunaan bibit yg sehat;
b)
penerapan pola tanam yg baik;
c)
penggunaan fungisida.
Penyakit bercak
daun
Penyakit
ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka maupun tanpa
luka.
Gejala:
Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercak-bercak itu
berwarna abu-abu & ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam,
sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang bisa mati.
Pengendalian:
baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit bercak daun sama halnya
dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
7.3.
Gulma
Gulma
potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah
rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar lainnya.
7.4.
Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam
pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan
dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak
awal pertanaman utk menghindari serangan hama & penyakit tersebut yg
dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yg komponennya adalah sbb:
a)
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat yaitu
memilih bibit unggul yg sehat bebas dari hama & penyakit serta tahan
terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
b)
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh
alami
c)
Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan
terhadap serangan hama & penyakit.
d)
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu
dengan tenaga manusia.
e)
Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik
misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yg saling menunjang,
serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran
hama & penyakit potensial.
Penggunaan
pestisida, insektisida, herbisida alami yg ramah lingkungan & tidak
menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yg dipanen maupun pada tanah.
Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan kerusakan
ekonomi yg diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa
tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati & digunakan dalam
pengendalian hama antara lain adalah:.
a)
Tembakau (Nicotiana tabacum) yg mengandung
nikotin utk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi utk
serangga kecil misalnya Aphids.
b)
Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg
mengandung piretrin yg dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yg
menyerang urat syaraf pusat yg aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada
serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, & lalat buah.
c)
Tuba (Derris elliptica & Derris
malaccensis) yg mengandung rotenone utk insektisida kontak yg diformulasikan
dalam bentuk hembusan dan
semprotan.
semprotan.
d)
Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg
mengandung azadirachtin yg bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini
terutama pada serangga penghisap seperti wereng & serangga pengunyah
seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif
utk menanggulangi serangan virus RSV, GSV & Tungro.
e)
Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya
mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yg dapat digunakan sebagai insektisida
& larvasida.
f)
Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya
mengandung komponen utama asaron & biasanya digunakan utk racun serangga
& pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
8.
PANEN
Ciri & Umur Panen Jahe: Pemanenan
dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan utk bumbu
penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4
bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang & sisanya dibiarkan sampai
tua. Apabila jahe utk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua. Umur
tanaman jahe yg sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna
daun berubah dari hijau menjadi kuning & batang semua mengering. Misal
tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan & akan berlangsung selama
15 hari atau lebih.
Cara
Panen : Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat
garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya
tanah & kotoran lainnya yg menempel pada rimpang dibersihkan & bila
perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau daun pisang kira-kira
selama 1 minggu. Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab &
penumpukannya jangan terlalu tinggi melainkan agak disebar.
Periode
Panen. : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara
bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian
atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau
tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan
pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang
sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
Perkiraan
Hasil Panen : Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar antara 15-25
ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara
10-15 ton/hektar.
9.
PASCAPANEN
Penyortiran
Basah & Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan utk memisahkan
rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, & gulma. Setelah selesai,
timbang jumlah bahan hasil penyortiran & tempatkan dalam wadah plastik utk
pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan
air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya & jika masih terlihat kotor
lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama
agar kualitas & senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran & banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian yg tertinggal
dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
Perajangan
: Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel &
alasi bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang
hasilnya & taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan
secara manual atau dengan mesin pemotong.
Pengeringan
: Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau
alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau
setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan
diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk.
Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar
pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yg lembab &
dari bahan-bahan disekitarnya yg bisa mengkontaminasi..Pengeringan di dalam
oven dilakukan pada suhu 50 ° C - 60 ° C. Rimpang yg akan dikeringkan ditaruh
di atas tray oven & pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah
pengeringan, timbang jumlah rimpang yg dihasilkan
Penyortiran
Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah dikeringkan
dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil,
tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan
: Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik
atau karung yg bersih & kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya).
Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg menjelaskan nama bahan, bagian
dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat
bersih & metode penyimpanannya.
Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak melebihi 30 ° C & gudang harus memiliki ventilasi baik & lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan yg bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih & terbebas dari hama gudang
Sumber dari blog-blog tetangga:)
Play casino in South China - Goyang Official Site
BalasHapusExperience the 토토 사이트 elegance and joy 수 있습니다 of a casino in South China's South 바카라몬 China Sea. Goyang is the 바카라사이트 premier destination for 데일리 벳 entertainment, dining,